Tak jarang kita menafsirkan kemenangan itu adalah dengan kalahnya lawan dan bertekuk lutut. Tidak salah memang, salah satu indikator kemenangan ‘versi’ kacamata manusia memang demikian adanya. Namun, Arti Kemenangan kemenangan dalam Sejarah-Sejarah Islam tidak sesempit itu.
Mari kita sejenak ‘lompat’ ke masa perjanjian Hudaibiyah. Saat di mana secara kacamata manusia, Sayyiduna Rasulullah Muhammad saw dan para sahabat di Madinah ‘kalah’. Mulai dari tidak diakui ke-Tauhid-an Allah dan ke-Rasul-an Muhammad saw dalam naskah perjanjian hingga poin-poin kesepakatan dalam perjanjian yg sampai-sampai kebanyakan sahabat ‘tidak menerima’-nya.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra sampai bertanya: “Ya Rasulullah, apakah benar kita akan menuliskan ini?” (HR. Muslim 3/1411/No. 1784)
Sayyidina Umar bin Khathab ra pun bertanya: “Bukankah engkau benar seorang Nabi dan utusan Allah? Bukankah kita di atas kebenaran sementara mereka di atas kebatilan? Kenapa kita (seakan-akan) memberikan kerendahan pada agama kita? Bukankah engkau mengatakan bahwa kita akan mendatangi (menaklukkan) Ka’bah dan melaksanakan thawaf di sana?” (HR. Bukhari 11/167-178/No. 2731-2732)
Pertanyaan-pertanyaan para sahabat mulia itu kemudian dijawab oleh Allah dan Rasul-Nya dengan sebuah fenomena di mana justru dakwah Islam dapat menembus relung hati jauh lebih banyak orang hingga para penguasa dan pembesar bangsa Quraisy pun banyak yg menerima hidayah-Nya, termasuk Abu Sufyan. Bahkan, Allah swt menurunkan ayat-ayat kemenangan, Al Quran surat Al Fath, pada masa ‘terlihat kalah’ pada perjanjian Hudaibiyah ini.
Ya, sampai hari ini lebih dari 11.000 orang saudara Muslim kita di Gaza, Palestina memang telah tiada dibantai habis oleh Zionis Israel. Belum lagi puluhan ribu lainnya yg terluka. Belum lagi ratusan ribu hingga jutaan jiwa yg kini terkatung-katung tak punya tempat tinggal dan sebatangkara. Belum lagi ketersediaan senjata para pejuang Palestina baik itu Hamas, Saraya Al Quds, dan faksi pejuang lainnya sangat jauh di bawah ketersediaan senjata Zionis Israel (baik secara jumlah atau pun kecanggihan) yg selalu disupport oleh sekutu-sekutunya. Secara kacamata kita sebagai manusia, rasa-rasanya jauh dari kata ‘menang’.
Namun, ketahuilah bahwa justru saat inilah ada banyak hal yg tidak kita duga dengan banyaknya merekai yg ‘kembali’ ke dalam dekapan hidayah-Nya. Saat ini kita banyak menyaksikan betapa masifnya bantuan dikerahkan oleh mereka yg justru mungkin kita nilai jauh dari sisi-sisi kemanusiaan. Saat ini kita banyak menyaksikan bagaimana peristiwa keteguhan saudara kita yg dizhalimi menjadi inspirasi banyak orang untuk meninggalkan kemaksiatan.
Sebagai contoh misalnya foto seorang Tiktoker Amerika Megan Rice diberikan hidayah-Nya ketika melihat betapa teguhnya keimanan saudara-saudara Muslim di Gaza, Palestina ketika menghadapi cobaan yg luar biasa. Mereka tetap teguh, tetap menerima, tetap yakin dan tetap menjaga ibadahnya, bahkan tetap berbagi saling meringankan beban sesama apa pun kondisinya.
Inilah kemenangan. Dan demi Allah, kita akan terus menyaksikan kemenangan demi kemenenangan terus berdatangan sebagaimana janji Allah dan sabda Rasul-Nya.
Perkara musnahnya Zionis Israel dan sekutu-sekutunya perkara mudah dan kecil saja. Semudah dan ‘sekecil’ peristiwa Fathu Makkah atau runtuhnya Konstantinopel atau kembalinya Baitul Maqdis ke tangan kita. Saat Allah berkata: “Jadilah. Maka (apa yg dikatakan-Nya) pasti terjadi, Kun Fayakun”.
Kita tinggal memantapkan diri di posisi mana kita berada dan bersungguh-sungguh berkontribusi terhadap perjuangan di hadapan kita. Selebihnya, bertawakkal saja kepada-Nya.
“Inna fatahna laka fathan mubina. Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan kepadamu dengan kemenangan yg nyata.” (QS. Al Fath, 48:1)