Manusia merupakan manusia sosial yang tak lepas dari berbagai macam suku, budaya, bahkan agama dimana bisa kita saksikan dikepulauan togean.Letak strategis kepulauan togean merupakan kekayaan tersendiri yang dimiliki oleh kawasan yang berada wilayah kabupaten tojo una-una tersebut. Terutama berupa kekayaan lautnya yang menjadi kebanggaan sekaligus sebagai warisan untuk anak dibelakang harinya.
Identitas dalam Sejarah
“Lestari Alamku, Jaya Togeanku” itulah tagline yang lumayan mengakar dipikiranku sekitar tahun 2001 lalu, sewaktu itu aku masih duduk dibangku kelas tiga. Waktu itu tak ada masalah bagi penduduk saat poster-poster tersebut dibagikan di wilayah Batudaka, Pulau Togean, Talatakoh dan Malenge untuk kampanye sosialisasi pelestarian alam kepulauan togean yang nota bene masuk ke kalangan pelajaar SD, SMP dan SMA yang ada dikepulauan togean. Namun tak lama berselang, ternyata kalimat yang tertulis dalam poster tersebut mendapat protes keras dari beberapa orang yang tinggal di Kecamatan Walea Kepulauan. Mereka menilai, program dan kalimat tersebut hanya ditujukan bagi orang-orang Togean, bukan bagi penduduk yang tinggal di Pulau Walea Kodi dan Walea Bahi.
Bagi orang Walea, kata ‘Togean’ yang tertulis dalam poster tersebut secara spesifik hanya mengacu pada nama Pulau Togean atau orang suku Togean yang kebanyakan mendiami pulau tersebut dan Batudaka. Sedangkan mayoritas penduduk di Walea adalah suku Saluan dan sebagian lagi adalah keturunan Gorontalo. Setelah dijelaskan maksud kata ‘Togean’ dalam poster tersebut adalah wilayah Kepulauan Togian, masyarakat bisa menerimanya. Meski penduduk Walea pada akhirnya menerima penjelasan tersebut, hal ini menunjukkan bagaimana orang Walea Kepulauan membangun identitas mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Ada pemaknaan yang berbeda tentang ‘Togean’ antara orang-orang di Walea Kepulauan dengan orang luar, bahkan di antara penduduk Kepulauan Togean sendiri.